My Writings. My Thoughts.

Menggapai Pemahaman Baik

At » 11/01/2014 06:35:00 AM // 0 Comments »

Judul buku: Rindu
Penulis      : Tere Liye
Penerbit    : Republika
Cetakan 1 : Oktober 2014
Tebal        : 544 halaman
Harga        : Rp 69.000

Menggapai Pemahaman Baik

Sebuah Novel yang berjudul “Rindu” adalah novel yang di buat oleh Darwis “Tere Liye”. Tere Liye membuat novel ini dengan mengangkat tema religius yang di kemas dalam lima kisah yang di awali dengan pertanyaan. Bahasa yang digunakan mudah dimengerti, walaupun pada halaman awal agak sedikit mengerutkan dahi, karena disuguhi dengan sejarah, seketika jadi teringat Roman karya Pramoedya Ananta Toer. Dalam novel ini, alur yang digunakan maju dengan diselingi kilas balik yang diungkapkan oleh masing-masing tokohnya. Perwatakan yang disajikan pun beraneka ragam Daeng Andipati dengan sifat kebapakan, lembut terhadap anaknya seperti yang dikutip penulis secara tersirat, emosional. Bonda Upe dengan jiwa pengajar, namun penakut terhadap masa lalunya sendiri. Gurutta dengan sifat bijak, dan tenang dalam menghadapi masalah, tapi tak cukup berani untuk mengambil tindakan kongkret. Mbah Kakung yang romantis. Ambo Uleng, pemuda melankolis, keras kepala, pembelajar yang baik, pemberani, namun tak cukup kuat untuk menanggung derita cintanya. Tokoh dan kisah Ambo Uleng ini sedikit memiliki kesamaan dengan tokoh Jim dalam novel “Kisah Sang Penandai” yang juga digarap oleh Tere Liye.  Dan tokoh-tokoh pendukung lain yang tak kalah menarik. Sudut pandang yang digunakan dalam novel adalah orang ketiga serba tahu. Sehingga penulis mengetahui segala hal tentang tokoh-tokohnya dan dengan sudut pandang ini pembaca dapat melihat dan merasakan alur cerita secara luas.

Novel ini di mulai dengan mengisahkan keberangkatan kapal haji “BLITAR HOLLAND” dari Pelabuhan Makassar. Banyak yang memenuhi pelabuhan dari mulai calon penumpang, sanak keluarga yang mengantar, atau pun pengunjung yang sekedar ingin melihat kapal megah tersebut. Dari pelabuhan inilah Daeng Andipati dan keluarga kecilnya menaiki Kapal Blittar Holland . Selain itu ada juga seorang pemuda berusia dua puluh tahun lebih yang sedang di wawancara langsung oleh Kapten Phillip—nahkoda kapal, yang akhirnya ditempatkan menjadi kelasi dapur. Pemuda itu bernama Ambo Uleng. Sedangkan di bagian lain—dek kapal, terjadi keributan saat pemeriksaan penumpang. Opsir Belanda membongkar barang bawaan Ahmad Karaeng—seorang ulama mahsyur yang dicurigai  akan membahayakan Pemerintah Hindia Belanda yang saat itu sedang berkuasa di Indonesia. Namun karena Gurutta—begitulah sapaan khas yang diberikan kepada Ahmad Karaeng, memiliki surat resmi dari Gubernur Jenderal di Batavia, Opsir Belanda tersebut tidak bisa menghalanginya lagi. Ada juga Bonda Upe, yang setelah shalat Maghrib pertama di atas kapal telah disepakati bersama akan menjadi pengajar ngaji untuk anak-anak.

Hari ketiga perjalanan, kapal merapat ke Pelabuhan Surabaya dan menaikkan penumpang lagi. Hari kelima, kapal melanjutkan ke Pelabuhan Semarang. Dari pelabuhan ini, naiklah Mbah Kakung Slamet dan Mbah Putri Slamet, pasangan sepuh, dan termasuk penumpang paling tua dalam kapal ini. Dan pada hari ketujuh perjalanan, kapal sudah sampai di Pelabuhan Batavia. Pada saat kapal tertambat di pelabuhan ini, Gurutta mengajak beberapa penumpang untuk berkeliling sebentar di Batavia. Namun, ada kejadian tidak terduga yang dialami oleh Bonda Upe, sehingga membuat acara keliling Batavia tersebut sedikit menegang. Dan sekembalinya rombongan tersebut ke kapal, Bonda Upe mengurung diri, dan tak mau mengajar ngaji lagi. Dan entah malam yang kesekian, bergulirlah cerita tentang masa muda Daeng Andipati, hingga tiba-tiba Gurutta dan juru masak kapal yang mendengar cerita tersebut bingung karena Daeng terlihat emosional ketika menceritakannya.  Disusul oleh Mbah Kakung Slamet, yang tak mau makan, karena ditinggal pergi selama-lamanya oleh Mbah Putri. Padahal perjalanan suci ini sudah didam-idamkan pasangan itu sejak dahulu. Lalu ada cerita Ambo Uleng, yang semenjak ditemukan terkapar di suatu tempat tersembunyi, mulai terbuka, dan mencertiakan tentang kenangan yang ditinggalkannya di Makassar. Dan yang terakhir kisah dari Gurutta sendiri, yang mencoba melawan rasa takut, takut akan pertempuran yang mengakibatkan luka, karena Gurutta yakin ada jalan yang lebih baik dari pertempuran. Namun, Gurutta sadar, bahwa tidak semuanya kita harus berdiam diri. Dan bagaimana jawaban dari kisah lainnya? Makanya, bacalah buku ini!


Kelebihan dari novel ini, cerita dikemas dengan sangat detail, dari waktu dan latar tempat yang disajikan. Kekurangan novel ini tidak banyak, hanya saja ada beberapa huruf yang salah ketik. Selebihnya semua sudah bagus, jadi untuk kita yang masih belum bisa berdamai dengan masa lalu, untuk kita yang memiliki kebencian amat berlebih, apalagi terhadap orang yang seharusnya kita sayangi, untuk kita yang merasa sendiri setelah ditinggal orang yang sangat dicinta, untuk kita yang ragu akan datangnya cinta sejati,  untuk kita yang masih bimbang mengambil tindakan nyata dalam melawan kemungkaran, dan untuk kita semua yang ingin terus menerus memperbaiki diri, perkayalah wawasanmu dengan membaca novel ini.

-Vika Rahmalia

My videos. Featured videos.

#Our life is not here but after here, so do the best today for tomorrow.

Diberdayakan oleh Blogger.

Followers

Jack Skellington Background

My photos. Now you know me.

My favblog. Feeds from them.